Forum Mahasiswa Papua - Maluku
Utara (FORMALUT) dan Sentral Organisasi Pelajar Mahasiswa Indonesia Kabupaten
Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara (SeOPMI HalTim) menolak aksi separatisme dan
mendorong percepatan pembangunan di Bumi Cenderawasih, Papua. (28/12)
Koordinator aksi, Harmawi Ade mengatakan
bahwa pihaknya merasa terusik dengan situasi yang terjadi di Papua saat ini,
terutama oleh konflik yang selalu dilatar belakangi oleh pergerakan kelompok
spearatis.
“Tidak ada hentinya Papua selalu
dirundung permasalahan. Menurut kami otak dari terhambatnya kemajuan di Papua besar
dipengaruhi oleh tindakan separatis yang mengancam,” ungkapnya dalam aksi yang
digelar didepan Kantor Radio Republik Indonesia Ternate.
baca juga:
Jan Arebo: Isu Kegagalan Papua Sengaja ‘Digoreng’ Kelompok Anti Pemerintah
Meluas, pihaknya juga menyoroti
penggunaan media sosial yang dimanfaatkan oleh kelompok separatis untuk
menyebarkan propaganda dan provokasi terkait kepentingan mereka untuk
mengacaukan keamanan di Papua.
“Terutama persebaran informasi
yang terjadi di media sosial, mereka (kelompok separatis) ini selalu membuat masyarakat
menjadi resah, ini bersinggungan dengan dampak psikologis. Bahkan peristiwa
kerusuhan di tahun 2019 lalu juga karena faktor hoaks yang disebar oleh kelompok-kelompok
tidak jelas,” tandasnya.
Oleh sebab itu pihaknya bersama
dengan FORMALUT dan SeOPMI HalTim bersikap untuk tegas dalam menolak setiap upaya
yang dilakukan oleh kelompok separatis yang berseberangan dengan asas Pancasila
serta UUD 1945.
baca juga:
KNPB Otak Dari Rentet Pembunuhan Di Maybrat, Papua Barat
“Melalui ini, kami sampaikan
pernyataan sikap bahwa tidak boleh ada organisasi manapun yang mencoba
menggantikan Pancasila dan UUD1945, dari Sabang sampai Merauke. Lebih baik
bubarkan organisasi-organisasi radikal dan tumpas hingga tuntas kelompok separatis,”
Terhadap apa yang disampaikannya,
Ade menilai bahwa pembangunan di Papua sudah beranjak baik dan signifikan, dia
bahkan yakin bahwa hal itu akan mendorong kesejahtaraan rakyat Papua.
baca juga:
Pakar: Kelompok Separatis Papua Tidak Pernah Berkontribusi
“Trans Papua sepanjang 4 ribu KM itu
adalah poros dari pembangunan di Papua, setelah itu baru merambah pada pengadaan
sektor penting lainnya seperti pemenuhan kebutuhan listrik/internet, menunjang
berbagai fasilitas kesehatan/transportasi/pendidikan, dan tidak lupa pemenuhan aspirasi
rakyat lewat kebijakan otonomi khsusu (otsus),” tandasnya.
Ade menyinggung otsus sebab
kebijakan tersebut dinilai telah menjadi terobosan yang paling tepat untuk
menjangkau keinginan rakyat Papua dalam menunjang kesejahteraan. Sebab otsus diperuntukkan
agar Papua bisa menjadi daerah yang semakin maju dan muaranya untuk meminimalisir
kesenjangan yang teradi.
0 komentar:
Posting Komentar